KIPO Breaking

Noken, Tas Papua Jadi Pusat Perhatian Warga Jepang

Foto:IST



KIPOnews- TOKYO - Ruangan pameran Papua Week dipenuhi para pengunjung. Umumnya mereka pertama kali melihat secara langsung tas tradisional Papua, Noken, dan juga baru tahu kalau Noken tercatat sebagai Warisan Budaya Dunia di UNESCO.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tetapi ada yang besar, sehingga terkadang dipakai untuk membawa bayinya dengan menggunakan tas ini.

Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala.

Noken ini didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada tanggal 4 Desember 2012. Noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO di Prancis oleh Arley Gill sebagai Ketua Komite, yang bertujuan untuk melindungi dan menggali kebudayaan tersebut.

Pengakuan UNESCO ini akan mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan. Noken yang berukuran besar dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. Sedangkan yang berukuran kecil digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu dan dipakai dalam upacara.

Membuat Noken cukup rumit karena tidak menggunakan mesin. Kayu tersebut diolah, dikeringkan dan kemudian dipintal menjadi benang. Variasi warna pada Noken dibuat dari pewarna alami. Proses pembuatannya bisa mencapai 1 hingga 2 minggu, untuk Noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu.

Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan Noken secara langsung. Harga Noken disana relatif murah, antara Rp 25.000 hingga Rp.50.000 per buah tergantung jenis dan ukurannya.

Noken dibuat oleh orang perempuan Papua asli dan hanya mereka lah yang berhak membuatnya, perempuan yang menguasai pembuatan Noken menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Jika sudah dianggap dewasa, maka perempuan Papua barulah boleh menikah.

Tas Noken ini asli buatan mama-mama di Papua, tas tradisional Noken ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.

Yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Membuat Noken dahulu bisa melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak bisa dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah.

Dahulu Noken dibuat karena suku Papua membutuhkan sesuatu yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain. Tapi sekarang para wanita di Papua sudah jarang yang bisa membuat Noken, padahal itu adalah warisan budaya yang menarik.

Pameran Papua Week bisa melihat Noken langsung di ASEAN-Japan Center di Tokyo sampai dengan 14 Juni 2015 dari jam 10 pagi hingga jam 5 sore. Pintu ke luar A4 stasiun kereta api Onarimon Tokyo, lurus saja 1 menit sudah terlihat papan nama ASEAN-Japan Center tersebut di sebelah kanan.

Tidak ada komentar

close
Banner iklan disini