KIPO Breaking

Sosialis papua: membebaskan diri dari penindasan realitas.

jangan tersesat pada istilah-istilah dan simbol-simbol ideologi. kita mesti fokus pada pemahaman realitas penindasan, dan bagaimana membebaskan diri dari penindasan. Apapun idenya akan tetap membumi bila diterima menjadi keyakinan. pahami realitas "agama samawi" di Papua dan Pencetusnya di luar sana. Bukankah kita lebih fanatik dari pencetusnya? Sadari juga bahwa kita bisa bersosial media milik pemodal (kapitalis) yang dikerjakan 1x24 oleh buruh (sosialis). Kita semua adalah pengguna setia dari produk-produk kapitalis dan sosialis. Lihatlah sosialis dalam bentuk nyata di Papua, juga kapitalis dalam bentuk yang nyata. Kalau masih ada pribadi atau suku yang menerapkan big man, tonawi, mambri, an nagawan, ondoafi/ondofolo, dalam konteks ingin menjadikan kelas2 sosial dalam budaya, maka itu yang disebut embrio dari kapitalis, embrio dari fasisme, embrio dari patriarki, yang akan tumbuh subur dalam kehidupan saat ini. Tetapi bila ada kolektifisme, sharing (berbagi), kasih sayang, solidaritas, kesetaraan dalam budaya orang Papua maka itu embrio dari sosialisme. Apapun model demokrasinya akan tetap diperhadapakan pada dua realitas kelas yang bertentangan dalam sejarah umat manusia (yang tertindas melawan penindas). Sebagus apa pun bhineka tunggal ika, pancasila dan uud, tetap saja akan terjadi pertentangan kelas, apalagi dalam masyarakat plural. Apapun bagusnya sosialisme akan tetap terjadi pertentangan kelas, begitu juga ideologi lain. Itulah mengapa Karl Marx menyimpulkan sejarah peradaban manusia sebagai hasil pertentangan kelas. Bahkan ideologi pun merupakan alat kekuasaan yang bisa menindas, bisa juga membebaskan.

Selamat malam untuk para pecandu ideologi....

Source:Vicktor yeimo

Tidak ada komentar

close
Banner iklan disini