HAM berkalung senapan, aksi teatrikal mahasiswa Bandung untuk Papua.
Foto Tuntutan Mahasiswa Kepada Republik Indonesia |
Papua
HAM Berkalung Senapan. Aksih Teatrikal Mahasiswa Bandung Untuk Papua
Jayapura, Jubi – Di hari peringatan Hak Asasi Manusia (HAM), 10 Desember 2016, sekelompok mahasiswa Bandung yang tergabung dalam Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) melakukan aksi teatrikal yang bercerita tentang pelanggaran HAM di Tanah Papua.
“Kami lakukan aksi teatrikal ini tepat di depan Gedung Merdeka, di jalan Asia Afrika. Selain aksi teatrikal, kawan-kawan juga berorasi dan membawa poster yang berisi pernyataan kami atas pelanggaran HAM yang dilakukan negara pada rakyat Papua,” kata Mohamad Chandra Irfan, mahasiswa jurusan teater di Institut Seni Budaya Bandung, Sabtu (10/12/2016).
Menurut Chandra aksi teatrikal bertema Papua yang ditampilkan oleh dirinya bersama beberapa mahasiswa ini ingin mengabarkan penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Indonesia terhadap West Papua. Dan sebagai Rakyat Indonesia yang beradab, semestinya tidak boleh diam melihat apa yang selama ini terjadi di tanah Papua.
“Di tengah bungkamnya orang-orang yang mengaku dirinya sebagai seorang aktivis, seniman, sastrawan, dan sejumlah predikat lainnya, kami ingin mengangkat tema Papua sebagai bentuk dukungan SORAK terhadap self-determination untuk bangsa West Papua,” ujar Chandra lagi.
Sebagai mahasiswa, ia percaya cara bersolidaritas dengan rakyat Papua adalah ikut satu barisan bersama kawan-kawan Papua. Bukan menjauhinya sebab berjuang itu tidak tersekat teritori dan identitas.
“Orang Papua sama dengan kita, manusia! Siapa lagi yang akan mengangkat derajat manusia di hadapan todongan senjata selain manusia itu sendiri,” ucap Chandra.
Dan sebagai seniman, ia yakin seni adalah senjata perlawanan. Bersolidaritas pada bangsa Papua lewat seni baginya hanya bagian kecil dari agenda perjuangan. Perlawanan, lanjutnya tidak bisa dengan cara-cara berdamai, perlawanan mesti dihadapkan dan berani berkonfrontasi, tidak kompromis.
Sementara itu, Kordinator Lapangan aksi teatrikal, Nanang Kurniawan ngatakakan bagi SORAK, tidak ada yang namanya HAM dan Demokrasi di Tanah Papua. Tingginya represifitas aparat di Papua menegaskan bahwa senjata yang seringkali berbicara ketika menghadapi tuntutan kesejahteraan dan politik Rakyat Papua. Ia mencontohkan, di beberapa Kabupaten seperti Timika, Sorong, Merauke, Dogiai, Wamena, Jayapura, Manokwari, Paniai, ratusan aktivis KNPB ditangkap. Rakyat yang menuntut hak politik ditindak secara represif dan dipenjarakan.
“Di Wamena, Kamis kemarin, aktivis KNPB ditangkap aparat hanya karena membagi selebaran. Pembunuhan di Papua terhadap aktivis demokratik memiliki bermacam-macam modus, selain penembakan langsung. Di Jakarta, pada 1 Desember 2016, 203 aktivis demokratik, gabungan dari Rakyat Papua dan gerakan lainnya dibawa ke Polda Metro Jaya ketika melaksanakan aksi,” ungkap Nanang Kurniawan.
Sumber : Jubi Papua
Menurut Chandra aksi teatrikal bertema Papua yang ditampilkan oleh dirinya bersama beberapa mahasiswa ini ingin mengabarkan penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Indonesia terhadap West Papua. Dan sebagai Rakyat Indonesia yang beradab, semestinya tidak boleh diam melihat apa yang selama ini terjadi di tanah Papua.
“Di tengah bungkamnya orang-orang yang mengaku dirinya sebagai seorang aktivis, seniman, sastrawan, dan sejumlah predikat lainnya, kami ingin mengangkat tema Papua sebagai bentuk dukungan SORAK terhadap self-determination untuk bangsa West Papua,” ujar Chandra lagi.
Sebagai mahasiswa, ia percaya cara bersolidaritas dengan rakyat Papua adalah ikut satu barisan bersama kawan-kawan Papua. Bukan menjauhinya sebab berjuang itu tidak tersekat teritori dan identitas.
“Orang Papua sama dengan kita, manusia! Siapa lagi yang akan mengangkat derajat manusia di hadapan todongan senjata selain manusia itu sendiri,” ucap Chandra.
Dan sebagai seniman, ia yakin seni adalah senjata perlawanan. Bersolidaritas pada bangsa Papua lewat seni baginya hanya bagian kecil dari agenda perjuangan. Perlawanan, lanjutnya tidak bisa dengan cara-cara berdamai, perlawanan mesti dihadapkan dan berani berkonfrontasi, tidak kompromis.
Sementara itu, Kordinator Lapangan aksi teatrikal, Nanang Kurniawan ngatakakan bagi SORAK, tidak ada yang namanya HAM dan Demokrasi di Tanah Papua. Tingginya represifitas aparat di Papua menegaskan bahwa senjata yang seringkali berbicara ketika menghadapi tuntutan kesejahteraan dan politik Rakyat Papua. Ia mencontohkan, di beberapa Kabupaten seperti Timika, Sorong, Merauke, Dogiai, Wamena, Jayapura, Manokwari, Paniai, ratusan aktivis KNPB ditangkap. Rakyat yang menuntut hak politik ditindak secara represif dan dipenjarakan.
“Di Wamena, Kamis kemarin, aktivis KNPB ditangkap aparat hanya karena membagi selebaran. Pembunuhan di Papua terhadap aktivis demokratik memiliki bermacam-macam modus, selain penembakan langsung. Di Jakarta, pada 1 Desember 2016, 203 aktivis demokratik, gabungan dari Rakyat Papua dan gerakan lainnya dibawa ke Polda Metro Jaya ketika melaksanakan aksi,” ungkap Nanang Kurniawan.
Sumber : Jubi Papua
Tidak ada komentar